5 Film Sejarah Mandarin yang Mengecewakan Tahun Ini – Nomor 1 Habiskan 1.000 Miliar

Industri film sejarah Mandarin tahun ini kembali menghadirkan deretan proyek besar. Sayangnya, banyak yang justru berujung kekecewaan. Mulai dari efek visual murahan, alur cerita klise, sampai akting yang kurang baik. Beberapa judul sempat dinanti, tapi akhirnya hanya jadi bahan kritik dan kontroversi. Berikut beberapa Film Sejarah Mandarin yang mengecewakan yang sudah dirangkum Popstation.net.

Pho Son Hai (diperankan oleh Trần Nghĩa dan Cổ Lực Na Trát)

Pho Son Hai diadaptasi dari novel silat klasik Thần Châu Kỳ Hiệp. Ceritanya berpusat pada karakter Tiểu Minh Minh (Trần Nghĩa), seorang pemuda yang awalnya hanya suka menulis cerita silat secara virtual, tapi tanpa sengaja masuk ke dunia nyata persilatan.

Film Sejarah Mandarin

Versi novel aslinya dikenal dengan karakter yang kuat dan pertarungan silat yang intens. Tapi saat diangkat ke layar, semuanya berubah. Ceritanya jadi datar karena banyak detail yang tidak relevan. Trần Nghĩa dikritik karena aktingnya kaku, dialognya lemah, dan tidak punya aura sebagai tokoh utama silat. Sementara Cổ Lực Na Trát hanya tampil sebagai pemanis visual tanpa kontribusi berarti.

Efek visual yang disebut-sebut menelan biaya 300 juta yuan (sekitar 1.000 miliar rupiah) justru terlihat seperti produksi awal tahun 2000-an. Kostum pun tampak seadanya. Banyak penonton bertanya-tanya, ke mana sebenarnya dana besar itu digunakan.

Cam Tu Phuong Hoa (Yang Zi, Li Xian)

Sebagai kelanjutan dari Quoc Sac Phuong Hoa, film ini awalnya diharapkan bisa membuka babak baru dalam genre drama bisnis berlatar sejarah. Tapi kenyataannya, Cam Tu Phuong Hoa justru mengecewakan. Karakter utama Ha Duy Phuong (diperankan oleh Yang Zi) kehilangan citra kuatnya. Ia tampil tidak terlalu baik, dan kemampuan emosional maupun intelektualnya terasa menurun drastis.

Film Sejarah Mandarin

Alur cerita juga dinilai datar. Unsur karier dan pertarungan kekuasaan yang seharusnya jadi daya tarik utama malah terasa hambar dan bertele-tele. Intrik politik yang coba dimasukkan pun ditangani dengan cara yang berantakan, sehingga jalannya cerita sulit diikuti. Banyak penonton mengeluhkan adegan strategi bisnis yang tidak dirancang dengan baik, sehingga terasa membosankan. Chemistry antara Yang Zi dan Li Xian yang dulu jadi kekuatan di bagian pertama kini tak lagi terasa.

Lam Giang Tien (Bai Lu, Tang Shunxi)

Lam Giang Tien mengangkat kisah cinta, dendam, dan konspirasi. Tapi sayangnya, jalan cerita yang diambil terlalu mengikuti pola lama. Banyak elemen yang terasa seperti salinan dari film xianxia lain, tanpa ada pembaruan berarti.

Bai Lu dan Tang Shunxi tampil tanpa chemistry. Akting mereka tidak menyatu, menciptakan kesan kaku di layar. Padahal, film ini juga mendapat suntikan dana besar, sekitar 300 juta yuan (setara 1.000 miliar rupiah). Tapi hasilnya tidak sebanding. Efek visual dan tampilan magis yang seharusnya memukau justru terlihat datar.

Film Sejarah Mandarin

Naskahnya pun minim kreativitas. Emosi yang ditampilkan terlalu dipaksakan ke arah tragedi, tapi tidak punya kedalaman. Banyak penonton merasa bosan bahkan sebelum masuk episode pertengahan.

Simak juga artikel seru lainnya dari Popstation.net:

Park Bo Gum – Dari Puncak Karier Sampai Pilihan yang Disayangkan

Rekomendasi Film Mafia Korea

Urutan Nonton Planet of The Apes Sesuai Kronologi

The Journey to Jin Chang’an (Song Yi, Cheng Lei)

Tayang di musim panas, Du Tan Truong An seharusnya punya peluang besar untuk menarik perhatian. Tapi kenyataannya, drama ini justru gagal total. Naskahnya seperti campuran acak tanpa arah yang jelas. Adegan pertarungan dan intrik politik hanya jadi latar belakang dari kisah cinta antara karakter utama yang diperankan oleh Song Yi dan Cheng Lei.

Film Sejarah Mandarin

Song Yi tidak berhasil membawakan sosok jenderal wanita yang kuat. Aktingnya terlihat anggun tapi lemah, dan tidak punya koneksi emosional dengan lawan mainnya. Cheng Lei tampil sedikit lebih baik, tapi tetap tidak cukup untuk menyelamatkan keseluruhan cerita. Banyak adegan penting dipotong atau diedit secara tidak masuk akal, sehingga penonton bingung dan sulit menikmati alurnya.

Hasil akhirnya? Skor hanya 4.8 di Douban. Sebuah angka yang cukup untuk menyebutnya sebagai salah satu kegagalan terbesar dalam genre film sejarah Mandarin tahun ini.

Hien Ngu (Chen Fei Yu, Wang Ying Luo)

Hien Ngu diadaptasi dari novel populer Offering Salted Fish to the Master. Ceritanya tentang seorang gadis modern yang tiba-tiba masuk ke dunia kultivasi abadi dan menjadi murid pilihan sang master. Proyek ini awalnya sangat dinanti, tapi eksekusinya jauh dari kata memuaskan.

Film Sejarah Mandarin

Masalah utama ada di naskah yang tidak kuat. Fokus cerita malah lebih menonjolkan karakter pendukung dan mengabaikan tokoh utama, yang memicu banyak kritik dari penonton. Akting Chen Fei Yu terasa kaku, ekspresi matanya datar, dan tidak mampu menyampaikan emosi. Sementara Wang Ying Luo justru tampil terlalu berlebihan, dan membuat penonton merasa tidak nyaman.

Chemistry antara pasangan utama nyaris tidak ada. Adegan romantis ditampilkan secara dangkal, yang menciptakan kesan hambar dan tidak menyatu. Alur cerita yang minim kreativitas dan tidak meyakinkan membuat proyek yang awalnya menjanjikan ini berubah jadi kegagalan. Banyak penonton memilih berhenti menonton hanya setelah beberapa episode saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *