Kalau kamu sudah mengikuti anime Demon Slayer Infinity Castle, kamu pasti tahu bahwa arc ini bukan sekadar pertarungan biasa. Dari aksi para Hashira hingga serangan besar ke markas Muzan, semuanya disajikan dengan intensitas tinggi. Tapi kalau harus memilih satu pertarungan yang merangkum semua elemen khas Demon Slayer, mulai dari teknik bertarung, strategi, hingga sisi emosional, jawabannya ada pada bentrokan antara Akaza, Giyuu, dan Tanjiro.
Awal Mula Pertemuan
Giyuu dan Tanjiro secara tidak sengaja terjebak di wilayah Upper Moon Tiga, Akaza. Iblis haus darah ini langsung menunjukkan dominasinya tanpa ampun. Water Hashira Giyuu, salah satu pendekar terkuat, dipaksa mengeluarkan seluruh kemampuan. Ia sampai mengaktifkan Demon Slayer Mark dan menggunakan jurus Form ke-11: Kesunyian.
Teknik Akaza yang Sulit Ditandingi
Akaza bukan hanya kuat secara fisik. Ia menggunakan teknik “Compass Needle”, kemampuan untuk merasakan semangat bertarung lawan. Dengan itu, setiap pukulan dan tendangannya jadi sulit dihindari. Giyuu benar-benar terdesak, bahkan pedangnya hancur di tangan Akaza. Dari titik ini, terlihat jelas bahwa Giyuu tidak bisa menghadapi Akaza sendirian.
Demon Slayer Infinity Castle – Titik Balik Tanjiro
Di tengah krisis, Tanjiro kembali dengan kekuatan yang jauh lebih matang. Namun masalah utamanya adalah bagaimana menembus radar biologis milik Akaza, yakni teknik Compass Needle.
Ia mengingat kembali pesan sang ayah dan semua pelajaran yang pernah ia dapatkan. Dari situ, Tanjiro berhasil memasuki keadaan transenden berupa “melihat dunia” dan “tanpa-ego”.
Simak juga artikel seru lainnya dari Popstation.net:
Film Animasi yang Bisa Bikin Otak Kamu Naik Level
Animasi 3D Tiongkok yang Bikin Jepang Ketar-ketir
Alasan Pertarungan Naruto Lebih Keren daripada Dragon Ball
Dengan menghapus seluruh kebencian, dan bahkan hasrat untuk menang, Tanjiro menjadi “transparan” di mata Akaza. Kompas Upper Moon Tiga tiba-tiba tidak berguna lagi. Akaza pun tidak bisa lagi merasakan keberadaan Tanjiro.
Inilah titik balik pertarungan di Demon Slayer Infinity Castle, momen penuh harapan yang membuat siapa pun yang menonton ikut terharu. Tanjiro lalu memanfaatkan celah itu untuk melancarkan Dance of the Fire God. Sebuah serangan yang akhirnya berhasil memenggal kepala Akaza.
Ketika Iblis Mengalahkan Dirinya Sendiri
Meski kepalanya sudah tertebas, tubuh Akaza tetap berdiri. Dorongan bertarung dan kebencian yang tertanam dalam dirinya membuat tubuhnya terus bergerak. Ia hampir saja menghabisi Tanjiro dan Giyuu. Akaza menolak mati. Ia melampaui batas semua iblis dan bertahan hanya dengan kekuatan kehendak.
Namun di tengah amarahnya, kenangan masa lalu mulai muncul. Sosok gurunya, dan terutama tunangannya yang telah tiada, Koyuki, hadir seperti aliran air yang menenangkan. Akaza, atau Hakuji dalam kehidupan sebelumnya, menyadari bahwa musuh yang sebenarnya bukan Tanjiro, bukan pula Giyuu, melainkan dirinya sendiri. Ia gagal melindungi orang-orang yang ia cintai.
Dalam momen yang tragis, Akaza menghancurkan tubuhnya sendiri. Ia lebih memilih kematian. Ia memilih untuk kembali bersama Koyuki di alam lain. Tanjiro, meski berada di pihak lawan, melihat rasa sakit dan penyesalan itu.
Popstation.net sendiri melihat Demon Slayer Infinity Castle menarik bukan karena kekuatan, tapi karena kedalaman emosinya. Dalam animasi ini kita melihat pertumbuhan Tanjiro, keteguhan Giyuu, dan penebusan Akaza, salah satu karakter paling kompleks dalam Demon Slayer. Di balik sosok iblis yang kejam, tersimpan luka yang tak pernah sembuh. Dan konflik batin itulah yang membuat pertarungan ini tak terlupakan bagi para penggemar.